Festival Sendratari Antar Kabupaten se-DIY ke-36
Primary tabs
FBS-Karangmalang. (30/10). Yogya diguyur gerimis dan dipenuhi abu vulkanik dari gunung merapi bukan menjadi rintangan sebuah perhelatan Festival Sendratari antar kabupaten se-DIY ke-36. Tahun ini Kabupaten Sleman yang menjadi tuan rumah dan UNY, khususnya Fakultas Bahasa dan Seni, ketiban sampur menjadi tempat terselenggaranya festival tersebut. Festival yang rutin diadakan ini diselenggarakan kolaborasi antara Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Taman Budaya Yogyakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, dan UNY.
Acara dilaksanakan selama dua hari tepatnya 29-30 Oktober 2010. Hari pertama menampilkan kontingen Kota Madya dengan judul garapan Bedah Bali, Sleman dengan ‘Pulastho Asmara Tibra’, dan Kulon Progo dengan‘Garwa Apa Raka?’. Disusul pada hari kedua penampilan kontingen dari Gunung Kidul dengan judul garapan ‘Labuh Tresnasmara’ dan dari Kabupaten Bantul menyuguhkan ‘Katresnan Jati’.
Festival yang terdiri dari maksimal 30 pemain ini diikuti seniman profesional yang berasal tiap-tiap kabupaten dan kota madya Yogyakarta. Seperti diungkapkan Maryanta, seniman dari Gunung Kidul, “Saya berasal dari Nglipar Gunung Kidul. Kebetulan saya mewakili kecamatan untuk mengikuti festival. Pemain dari kontingen kami ini berasal dari berbagai daerah.” Yestriana Priyanto, sutradara dari kontingen Gunung Kidul yang berasal dari Panggang pun mengiyakan pernyataan Maryanta.
Festival yang diselenggarakan dengan semangat sebuah kompetisi tidak lain sebagai upaya Pemerintah Daerah Provinsi DIY dalam memberikan wadah bagi seniman dalam pelestarian, pembinaan sekaligus sebagai ajang pengembangan seni tari di Yogyakarta dengan nafas dan ruh tradisi yang sudah mengakar di tengah masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kesempatan ini diberikan pula berbagai penghargaan antara lain Penghargaan untuk Penyaji Utama dan Penyaji Madya, Penghargaan Purbaningrat, Penghargaan Tedjokusumo, Penghargaan Madukusumo, Penghargaan Joyodipuro, Pengahargaan Matayatama, Penghargaan Soedarsono Pringgobroto, dan Penghargaan Widita. (Arum)